IQRA' BISMI RABBIK ...

IQRA' BISMI RABBIK ...

SHARE MY LINK

Pengunjung :

ISLAMIC FILES (video-mp3-doc-pdf-etc)

Kamis, 28 Januari 2010

KERAS HATI, NA'UDZUBILLAH...

Keras Hati, Na'udzubillah..
Bagikan
Kemarin jam 7:03
Dalam peribahasa Arab ada ungkapan "Mata Tombak meskipun terbang."
Peribahasa ini di dunia Arab lazim digunakan untuk menggambarkan orang yang keras hati untuk menerima kebenaran.

Kisahnya berasal dari dua orang yang berselisih ketika melihat sebuah benda dari kejauhan sebesar mata tombak. Orang pertama mengatakan bahwa itu seekor burung, sedangkan yang kedua yakin itu sebuah mata tombak. Akhirnya mereka sepakat untuk mendekatinya. Setelah dekat, terbanglah benda tersebut. Tentu saja telah jelas jawabannya. Namun orang kedua yang mengatakan itu mata tombak tidak mau mengalah dan menerima kebenaran tersebut, malah ia berkata : " Ini mata tombak meskipun bisa terbang."

(Dari : "Fatawa Syaikh Ali Ath-Thanthawy)

PARA NABI MENGHADAPI ORANG YG KERAS HATI

QS. Al-Baqarah

وَإِذ قالَ إِبرٰهۦمُ رَبِّ اجعَل هٰذا بَلَدًا ءامِنًا وَارزُق أَهلَهُ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَن ءامَنَ مِنهُم بِاللَّهِ وَاليَومِ الءاخِرِ ۖ قالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَليلًا ثُمَّ أَضطَرُّهُ إِلىٰ عَذابِ النّارِ ۖ وَبِئسَ المَصيرُ ﴿١٢٦﴾

(126) "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: ""Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali""."

وَإِذ يَرفَعُ إِبرٰهۦمُ القَواعِدَ مِنَ البَيتِ وَإِسمٰعيلُ رَبَّنا تَقَبَّل مِنّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّميعُ العَليمُ ﴿١٢٧﴾

(127) "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): ""Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui""."

رَبَّنا وَاجعَلنا مُسلِمَينِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنا أُمَّةً مُسلِمَةً لَكَ وَأَرِنا مَناسِكَنا وَتُب عَلَينا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوّابُ الرَّحيمُ ﴿١٢٨﴾

(128) Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

رَبَّنا وَابعَث فيهِم رَسولًا مِنهُم يَتلوا عَلَيهِم ءايٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الكِتٰبَ وَالحِكمَةَ وَيُزَكّيهِم ۚ إِنَّكَ أَنتَ العَزيزُ الحَكيمُ ﴿١٢٩﴾

(129) Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

وَمَن يَرغَبُ عَن مِلَّةِ إِبرٰهۦمَ إِلّا مَن سَفِهَ نَفسَهُ ۚ وَلَقَدِ اصطَفَينٰهُ فِى الدُّنيا ۖ وَإِنَّهُ فِى الءاخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحينَ ﴿١٣٠﴾

(130) Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

إِذ قالَ لَهُ رَبُّهُ أَسلِم ۖ قالَ أَسلَمتُ لِرَبِّ العٰلَمينَ ﴿١٣١﴾

(131) "Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: ""Tunduk patuhlah!"" Ibrahim menjawab: ""Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam""."

وَوَصّىٰ بِها إِبرٰهۦمُ بَنيهِ وَيَعقوبُ يٰبَنِىَّ إِنَّ اللَّهَ اصطَفىٰ لَكُمُ الدّينَ فَلا تَموتُنَّ إِلّا وَأَنتُم مُسلِمونَ ﴿١٣٢﴾

(132) "Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): ""Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam""."

أَم كُنتُم شُهَداءَ إِذ حَضَرَ يَعقوبَ المَوتُ إِذ قالَ لِبَنيهِ ما تَعبُدونَ مِن بَعدى قالوا نَعبُدُ إِلٰهَكَ وَإِلٰهَ ءابائِكَ إِبرٰهۦمَ وَإِسمٰعيلَ وَإِسحٰقَ إِلٰهًا وٰحِدًا وَنَحنُ لَهُ مُسلِمونَ ﴿١٣٣﴾

(133) "Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ""Apa yang kamu sembah sepeninggalku?"" Mereka menjawab: ""Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."""

تِلكَ أُمَّةٌ قَد خَلَت ۖ لَها ما كَسَبَت وَلَكُم ما كَسَبتُم ۖ وَلا تُسـَٔلونَ عَمّا كانوا يَعمَلونَ ﴿١٣٤﴾

(134) "Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan."

وَقالوا كونوا هودًا أَو نَصٰرىٰ تَهتَدوا ۗ قُل بَل مِلَّةَ إِبرٰهۦمَ حَنيفًا ۖ وَما كانَ مِنَ المُشرِكينَ ﴿١٣٥﴾

(135) "Dan mereka berkata: ""Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk"". Katakanlah: ""Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik""."

قولوا ءامَنّا بِاللَّهِ وَما أُنزِلَ إِلَينا وَما أُنزِلَ إِلىٰ إِبرٰهۦمَ وَإِسمٰعيلَ وَإِسحٰقَ وَيَعقوبَ وَالأَسباطِ وَما أوتِىَ موسىٰ وَعيسىٰ وَما أوتِىَ النَّبِيّونَ مِن رَبِّهِم لا نُفَرِّقُ بَينَ أَحَدٍ مِنهُم وَنَحنُ لَهُ مُسلِمونَ ﴿١٣٦﴾

(136) "Katakanlah (hai orang-orang mukmin): ""Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya""."

فَإِن ءامَنوا بِمِثلِ ما ءامَنتُم بِهِ فَقَدِ اهتَدَوا ۖ وَإِن تَوَلَّوا فَإِنَّما هُم فى شِقاقٍ ۖ فَسَيَكفيكَهُمُ اللَّهُ ۚ وَهُوَ السَّميعُ العَليمُ ﴿١٣٧﴾

(137) "Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

صِبغَةَ اللَّهِ ۖ وَمَن أَحسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبغَةً ۖ وَنَحنُ لَهُ عٰبِدونَ ﴿١٣٨﴾

(138) Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.

قُل أَتُحاجّونَنا فِى اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنا وَرَبُّكُم وَلَنا أَعمٰلُنا وَلَكُم أَعمٰلُكُم وَنَحنُ لَهُ مُخلِصونَ ﴿١٣٩﴾

(139) "Katakanlah: ""Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati,"

أَم تَقولونَ إِنَّ إِبرٰهۦمَ وَإِسمٰعيلَ وَإِسحٰقَ وَيَعقوبَ وَالأَسباطَ كانوا هودًا أَو نَصٰرىٰ ۗ قُل ءَأَنتُم أَعلَمُ أَمِ اللَّهُ ۗ وَمَن أَظلَمُ مِمَّن كَتَمَ شَهٰدَةً عِندَهُ مِنَ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغٰفِلٍ عَمّا تَعمَلونَ ﴿١٤٠﴾

(140) "ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: ""Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?"" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan."

تِلكَ أُمَّةٌ قَد خَلَت ۖ لَها ما كَسَبَت وَلَكُم ما كَسَبتُم ۖ وَلا تُسـَٔلونَ عَمّا كانوا يَعمَلونَ ﴿١٤١﴾

(141) "Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan."

سَيَقولُ السُّفَهاءُ مِنَ النّاسِ ما وَلّىٰهُم عَن قِبلَتِهِمُ الَّتى كانوا عَلَيها ۚ قُل لِلَّهِ المَشرِقُ وَالمَغرِبُ ۚ يَهدى مَن يَشاءُ إِلىٰ صِرٰطٍ مُستَقيمٍ ﴿١٤٢﴾

(142) "Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: ""Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitulmakdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?"" Katakanlah: ""Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus."

وَكَذٰلِكَ جَعَلنٰكُم أُمَّةً وَسَطًا لِتَكونوا شُهَداءَ عَلَى النّاسِ وَيَكونَ الرَّسولُ عَلَيكُم شَهيدًا ۗ وَما جَعَلنَا القِبلَةَ الَّتى كُنتَ عَلَيها إِلّا لِنَعلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلىٰ عَقِبَيهِ ۚ وَإِن كانَت لَكَبيرَةً إِلّا عَلَى الَّذينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَما كانَ اللَّهُ لِيُضيعَ إيمٰنَكُم ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنّاسِ لَرَءوفٌ رَحيمٌ ﴿١٤٣﴾

(143) "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia."

ORANG YG KERAS HATI BUKAN SBG TEMAN

QS. Hud

(32) "Mereka berkata: ""Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar""."

(33) "Nuh menjawab: ""Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri."

(34) "Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan""."

(35) "Malahan kaum Nuh itu berkata: ""Dia cuma membuat-buat nasihatnya saja"". Katakanlah: ""Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat""."

(36) Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.

(37) "Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang lalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan."

(38) "Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: ""Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami)."

(39) "Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal."""

(40) "Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: ""Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman."" Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit."

(41) "Dan Nuh berkata: ""Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya."" Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(42) "Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: ""Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."""

(43) "Anaknya menjawab: ""Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!"" Nuh berkata: ""Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang"". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan."

(44) "Dan difirmankan: ""Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,"" Dan air pun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: ""Binasalah orang-orang yang lalim."""

(45) "Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: ""Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya."""

(46) "Allah berfirman: ""Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."""

(47) "Nuh berkata: ""Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat) nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi."""

(48) "Difirmankan: ""Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami."""

ORANG YG HATINYA MATI MENDAPAT LAKNAT ALLAH, MALAIKAT & MANUSIA SERTA TIDAK LAYAK DIDO'AKAN & DISHALATKAN

QS. Al-Baqarah

إِنَّ الَّذينَ يَكتُمونَ ما أَنزَلنا مِنَ البَيِّنٰتِ وَالهُدىٰ مِن بَعدِ ما بَيَّنّٰهُ لِلنّاسِ فِى الكِتٰبِ ۙ أُولٰئِكَ يَلعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلعَنُهُمُ اللّٰعِنونَ ﴿١٥٩﴾

(159) Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati,

إِلَّا الَّذينَ تابوا وَأَصلَحوا وَبَيَّنوا فَأُولٰئِكَ أَتوبُ عَلَيهِم ۚ وَأَنَا التَّوّابُ الرَّحيمُ ﴿١٦٠﴾

(160) kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

إِنَّ الَّذينَ كَفَروا وَماتوا وَهُم كُفّارٌ أُولٰئِكَ عَلَيهِم لَعنَةُ اللَّهِ وَالمَلٰئِكَةِ وَالنّاسِ أَجمَعينَ ﴿١٦١﴾

(161) Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.


QS. At-Taubah

(80) Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendati pun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.

(81) "Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: ""Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini"". Katakanlah: ""Api neraka Jahanam itu lebih sangat panas (nya)"", jika mereka mengetahui."

(82) Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.

(83) "Maka jika Allah mengembalikanmu kepada satu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk ke luar (pergi berperang), maka katakanlah: ""Kamu tidak boleh ke luar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu duduklah (tinggallah) bersama orang-orang yang tidak ikut berperang"""

(84) Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.

(85) Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir.

(86) "Dan apabila diturunkan sesuatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu): ""Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya"", niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: ""Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk""."

(87) Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang, dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad).

(88) "Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung."

http://subhan-nurdin.blogspot.com

Share/Bookmark

Senin, 25 Januari 2010

Masih Adakah Cinta...




Dalam bahasa Arab padanan kata cinta diistilahkan dengan Al-Hubb atau Al-Mahabbah, Al-Wadud atau Al-Mawaddah, Ar-Rahmah atau Al-Marhamah.

Ibnul Qayyim mendefinisikan Al-Hub dari turunan katanya.

Ada lima arti akar kata Hubb.

Pertama, Al-Shafa Wa Al-Bayadh yang artinya putih bersih. Habab Al-Asnan artinya bagian gigi yang putih.

Kedua, Al-'Uluw Wa Azh-Zhuhur yang artinya tinggi dan tampak. Habab Al-Ma-i artinya bagian air hujan yang deras.

Ketiga, Al-Luzum Wa Ats-Tsubut artinya tetap dan konsisten. Habb Al-Ba'ir artinya unta yang menelungkup dan tidak bangkit-bangkit.

Keempat, Lubba artinya inti atau saripati. Biji disebut Habbah karena berada pada inti buah-buahan. Jan-tung hati disebut Habbat Al-Qalb.

Kelima, Al-Hifzh Wa Al-Imsak yang artinya menjaga dan menahan. Wadah untuk menyimpan dan menahan air agar tidak tumpah disebut Hibb Al-Ma-i.

Maka dari kelima arti tersebut cinta dapat didefinisikan dengan : "Perasaan hati yang bersih dan tulus, menghargai, mengutamakan kekasihnya dengan konsisten dan menjaganya."

Sumber : Cinta Terlarang

http://subhan-nurdin.blogspot.com
Share/Bookmark

Sabtu, 16 Januari 2010

KESAKSIAN OTAK MANUSIA




Fakta tentang Otak manusia

Pada saat lahir seorang bayi memiliki 1.000.000.000.000 sel otak (neuron). Bandingkan dengan jumlah penduduk bumi abad 21 sebanyak 6.000.000.000. Ini berarti dalam kepala bayi terdapat sel otak sebanyak 166 kali lipat jumlah manusia yang tinggal di planet ini.

Tiap sel otak memiliki ratusan dan ribuan cabang atau tentakel yang mirip sekali dengan gurita yang berukuran mikro. Masing-masing tentakel ini berisi jamur atau spina dendrit yang mengandung ribuan zat kimia. Inilah yang membawa pesan diantara sel otak, semua informasi dalam setiap pikiran, setiap pengalaman belajar, dan setiap daya ingat yang dimiliki.

Contoh:
Ketika kita berpikir, sebuah gelombang elektromagnetis bergerak turun ke cabang sel otak, memicu zat kimia di dalam salah satu jamur, yang kemudian dengan cepat menyebrangi jarak pendek untuk memicu zat kimia di dalam spina dendrit lainnya. Hal ini kemudian memicu respons elektromagnetis dari sel otak sebelahnya.
Proses ini berjalan terus sehingga membentuk jejak setapak yang menyerupai jejak setapak berliku-liku di dalam hutan besar. Dan kecepatan gerak zat kimia ini jika dilihat akan seperti air terjun Niagara.

Dan diselidiki jumlah jejak pikiran ini jika dibuat bentuk teks normal akan membentuk deretan angka sepanjang 10,5 juta km!
Dengan begitu banyaknya kemungkinan tersebut otak manusia, jika seumpama keyboard dapat memainkan ratusan juta juta melodi. Tidak seorangpun yang masih hidup yang pernah mendekati penggunaan otak secara maksimal. Kekuatan otak manusia ini tidak ada batasannya. (Petr Akhonin, Ilmuwan Otak).

Beda manusia normal dengan jenius…
“Rata-rata manusia menggunakan 3% kapasitas otaknya dan jenius menggunakan 4%”
Semua serangga, ikan, burung atau hewan memiliki sel otak yang sama dengan yang kita miliki. Hanya jumlahnya lebih sedikit. Jumlah sel otak yang dimiliki inilah yang menentukan kecerdasan satu makhluk hidup.

Bandingkan dengan seekor lebah…
Seekor lebah memiliki kurang dari 1.000.000 sel otak. (1/1000.000 jumalh yg dimiliki manusia).
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh seekor lebah adalah:
Terbang, berkelahi, melihat, mendengar, mencium, mengecap, meraba, menyentuh, membangun rumah, mengendalikan suhu, menghitung, melindungi, kemampuan bernavigasi, berjalan, berlari, mengingat, bermain, mengasuh, berkembang biak, bekerja secara konstruktif dan kooperatif dalam sebuah komunitas.

Jika seekor lebah dengan jumlah sel otak kurang dari satu juta dapat melakukan semua itu, pikirkan apa yang dapat dilakukan oleh manusia!!

Pada waktu kecil dalam otak kita terjadi suatu ledakan. Saat itu setiap sel otak (neuron) yang jumlahnya berjuta-juta mengeluarkan sejumlah serat yang sangat halus dan kecil ke segala arah, mencari dan membuat sambungan dengan ribuan sampai puluhan ribu sel otak lainnya. Ini yang dinamakan interkoneksi. Proses ini kemudian berlanjut seterusnya seumur hidup. Pada saat lahir jumlah sel otak kita tidak akan bertambah lagi. Yang akan bertambah adalah jumlah interkoneksi inilah.

Fakta penting…
Yang menentukan kecerdasan seseorang bukan jumlah sel otaknya. Sel otak kita sudah memiliki kapasitas yang jauh lebih dari sekedar jenius. Namum, kecerdasan seseorang adalah jumlah interkonkesi sel otak ini. Jumlah interkoneksi ini sebagian besar ditentukan oleh mutu yang sangat baik dari Makanan Otak. Makanan Otak adalah Oksygen, Nutrisi, Kasih Sayang dan Informasi.
Dari apa yang saya baca dibukunya TONY BUZAN “BRAIN CHILD”)

Catatan:
Tuhan memberikan manusia kemapuan yang tidak terbatas yang belum pernah ter-ekplopre oleh jenius paling pintar sedunia sekalipun. Tujuan semuanya itu agar manusia bisa menaklukkan dunia dan menjadi penguasa atas semua cipataanNya. Seharusnya manusia sadar bahwa kecerdasannya itu adalah anugerah Tuhan sebagai makhluk ciptaan yang mulia yang seharusnya dipakai untuk menyembahNya dan bukan untuk menentangNya.
Semakin banyak seseorang belajar, makan semakin ia tahu bahwa betapa sedikitnya apa yang telah ia ketahui.

sumber: http://nancydinar.com

Otak Sebagai Saksi di Akhirat
Prof. DR. H. Rusdi Lamsudin*

Otak menguasai, mengendalikan, dan mencatat seluruh kegiatan manusia, seperti: gerakan seluruh bagian tubuh, pancaindera, perencanaan, peran intelektual tinggi (berbicara, belajar, menulis, membaca, dan berfikir).

Setiap fungsi kegiatan tersebut mempunyai kawasan sendiri-sendiri.
Setiap kegiatan yang dilakukan manusia meninggalkan bekas dalam sel otak.
Bekas-bekas ini belum terungkap dengan jelas oleh ilmu pengetahuan.
Bekas-bekas yang tersimpan dalam otak inilah yang menjadi proses intelektual tinggi manusia.

Menarik untuk disimak hipotesis yang diajukan oleh Dr. Muhammad Ustman Najati (1982) dalam bukunya: “Al quran wa ilmu al nafs”, yang diterjemahkan oleh Ahmad Rofi’ Usmani (1985).

Dia menyatakan bahwa kelak di akhirat, otak akan berperan sebagai saksi atas segala perbuatan manusia di dunia.

Al quran telah menyatakan dengan jelas bahwa pendengaran, penglihatan, dan kulit/perasa (Q.S. 41: 19-21), lidah, tangan, dan kaki (Q.S. 24: 24 dan Q.S. 36: 65) akan menjadi saksi atas segala perbuatan kita di dunia.
Oleh karena segala perbuatan kita tercatat dalam sel-sel otak, maka adalah mungkin bisa berbunyi dan menyatakan semua apa yang dicatatnya, seperti tape recorder atau compact disk.

Allah-lah yang menjadikan semuanya itu, dan Allah-lah yang maha tahu bagaimana persaksian itu.
Kita kaji firman-firman Allah (Q.S. 17: 13-14; Q.S. 39: 69; Q.S. 18: 49} bahwa ada satu kitab yang terbuka , buku perhitungan, kitab yang berisi tulisan segala perbuatan setiap manusia yang diperlihatkan kelak di akhirat.
Kita tidak mengetahui apa bentuk kitab tersebut, Allah-lah yang maha tahu.
Dengan hitungan trilliunan sel-sel syaraf, entah berapa juta gigabit dapat mencatat semua kegiatan manusia.

Kalau dihamparkan lapisan-lapisan otak yang berlipat-lipat itu, diperkirakan luasnya sekitar 16 meter persegi.
Apakah hamparan otak ini yang dikatakan Allah sebagai buku tersebut, Allah-lah yang maha tahu.

Melihat fakta ini kita mestinya menjadi ingat dan sadar bahwa segala perbuatan kita yang baik, yang buruk akan tercatat, bahkan berupa niat saja tetap akan tercatat di sel-sel saraf otak tersebut.
* Guru besar neurologi, Fak. Kedokteran U.G.M. Tulisan ini pernah dimuat dalam kolom Hikmah hr. Republika 21-10-1994

sumber: internet

http://subhan-nurdin.blogspot.com

Share/Bookmark

Jumat, 15 Januari 2010

WASIAT NABI SAW SAAT GERHANA & BENCANA

WASIAT NABI SAW SAAT GERHANA & BENCANA

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

Rasul SAW bersada: "Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua ayat dari ayat-ayat Allah, tidak gerhana karena kematian seseorang atau kehiduapannya. Jika kalian melihat keduanya gerhana maka berdo'alah pada Allah, bertakbir, shalat, dan bersedekahlah!." (Shahih al-Bukhari, I h.351)


حَدِيثُ أَسْمَاءَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : خَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ وَهِيَ تُصَلِّي فَقُلْتُ مَا شَأْنُ النَّاسِ يُصَلُّونَ فَأَشَارَتْ بِرَأْسِهَا إِلَى السَّمَاءِ فَقُلْتُ آيَةٌ قَالَتْ نَعَمْ فَأَطَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِيَامَ جِدًّا حَتَّى تَجَلَّانِي الْغَشْيُ فَأَخَذْتُ قِرْبَةً مِنْ مَاءٍ إِلَى جَنْبِي فَجَعَلْتُ أَصُبُّ عَلَى رَأْسِي أَوْ عَلَى وَجْهِي مِنَ الْمَاءِ قَالَتْ فَانْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ تَجَلَّتِ الشَّمْسُ فَخَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ مَا مِنْ شَيْءٍ لَمْ أَكُنْ رَأَيْتُهُ إِلَّا قَدْ رَأَيْتُهُ فِي مَقَامِي هَذَا حَتَّى الْجَنَّةَ وَالنَّارَ وَإِنَّهُ قَدْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي الْقُبُورِ قَرِيبًا أَوْ مِثْلَ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ لَا أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ فَيُؤْتَى أَحَدُكُمْ فَيُقَالُ مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ أَوِ الْمُوقِنُ لَا أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ فَيَقُولُ هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى فَأَجَبْنَا وَأَطَعْنَا ثَلَاثَ مِرَارٍ فَيُقَالُ لَهُ نَمْ قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ إِنَّكَ لَتُؤْمِنُ بِهِ فَنَمْ صَالِحًا وَأَمَّا الْمُنَافِقُ أَوِ الْمُرْتَابُ لَا أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُ *

Diriwayatkan dari Asma' r.a katanya: "Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah s.a.w. Aku menemui Aisyah yang ketika itu sedang shalat. Aku bertanya: Kenapa orang ramai melakukan shalat؟ Aisyah memberi isyarat dengan kepalanya ke arah langit. Aku bertanya lagi: "Tanda kebesaran Allah ?" Dia menjawab: Benar! Rasulullah s.a.w berdiri shalat cukup lama sekali, hingga aku terasa hampir pingsan. Lalu aku mencapai qirbah (satu bekas air) yang ada di sampingku dan aku menuangnya ke kepalaku dan wajahku. Ketika Rasulullah s.a.w selesai shalat, matahari telah muncul kembali. Kemudian Rasulullah s.a.w berkhutbah kepada kaum muslimin.

Baginda memuji Allah dan menyanjung-Nya. Lalu bersabda:
"Aku menyaksikan apa yang belum pernah kulihat, dan kini aku dapat melihatnya di maqamku ini, termasuk Surga dan Neraka. Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku, bahwa kamu akan menerima ujian di dalam kubur (Siksa Kubur) yang hampir-hampir menyerupai fitnah al-Masih Ad-Dajjal." "Kamu di alam kubur akan didatangi seseorang dan bertanya kepadamu: "apakah yang kamu ketahui tentang lelaki ini"

"Adapun orang yang beriman atau orang yang yakin akan menjawab: "dia itu Muhammad. Dialah utusan Allah yang membawa bukti-bukti dan petunjuk kepada kami. Lalu kami penuhi dan taati (sebanyak tiga kali)." Kemudian dikatakan kepadanya: "Benar! Kami memang tahu bahwa engkau beriman kepadanya. "Tidurlah dengan tenang!"

Sedangkan orang munafik atau ragu-ragu dalam keimanannya akan menjawab: "Aku tidak tahu, aku hanya mendengar orang ramai membicarakannya, maka aku turut mengatakannya."

http://subhan-nurdin.blogspot.com

Share/Bookmark

Rabu, 13 Januari 2010

Saksikan Gerhana Matahari Terlama Milenium Ini






15 Januari,
Laporan wartawan KOMPAS Yulvianus Harjono
Rabu, 13 Januari 2010 | 17:58 WIB
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

BANDUNG, KOMPAS.com - Setelah gerhana bulan di awal tahun 2010, publik di Indonesia akan disuguhkan peristiwa alam lainnya yang unik, yaitu gerhana matahari cincin pada Jum'at(15/1/2010) mendatang. Bahkan, ini bakal menjadi gerhana matahari paling lama di milenium ini.

Gerhana yang diperkirakan berlangsung sebelas menit delapan detik ini akan melewati Afrika bagian tengah, Samudera India, dan sebagian wilayah Indonesia. Titik maksimum gerhana hanya akan terjadi di Samudera Hindia, tetapi masyarakat di tinggal antara lain di Afrika tengah, Kenya, China, dan Myanmar bisa melihat fase gerhana cincin. Adapun total jalur penumbra gerhana ini mencapai 333 kilometer.

Sayangnya, di Indonesia, masyarakat gerhana ini hanya terlihat parsial atau sebagian saja sehingga tidak akan terlihat berbentuk seperti cincin saat puncaknya. Hanya sedikit bagian Matahari yang tertutup bayang-bayang Bumi, tak lebih dari 10 persen. "Kecuali, di Aceh yang mungkin bisa 50 persen," tutur Clara Yatini, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Rabu (13/1/2010).

Wilayah di Indonesia yang bisa melihat gerhana matahari ini adalah di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. Proses gerhana yang dimulai dengan masuknya bayang-bayang bulan di permukaan bumi akan dimulai Pukul 14.39 WIB. Puncak gerhana akan terjadi pada 15.55 WIB.

Gerhana matahari yang selama ini, lebih dari 11 menit, baru akan kembali terjadi pada 1.033 tahun kemudian, yaitu tepatnya di tahun 3043. Menurut catatan, gerhana matahari selama ini hanya dikalahkan pada peristiwa tahun 1992 yaitu dengan waktu 11 menit 41 detik.

Di akhir bulan Muharram 1431 H, tepatnya hari Jum'at, 29 Muharram 1431 H. / 15 Januari 2010 M. akan terjadi Gerhana Matahari Cincin (GMC) atau Annular Solar Eclipse yang pusatnya di Samudera Hindia. Gerhana ini melintasi wilayah Afrika dan Asia, dimulai dari Afrika, India, Srilanka, Myanmar dan berakhir di China.


Di Indonesia, gerhana akan terlihat sebagai Gerhana Matahari Sebagian (bukan Cincin) dan hanya bisa disaksikan di sebagian wilayah Indonesia khususnya bagian Barat, diantaranya: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Utara dan Jawa bagian Barat.


Berikut waktu gerhana untuk Kota Bandung (Pajagalan):

Mulai Gerhana = 14:39:13 WIB
Pertengahan Gerhana = 15:18:19 WIB
Akhir Gerhana = 15:54:5 WIB


Kota lainnya (waktu GMT)*:
1. Balikpapan, Mulai 08:06:16 | Tengah 08:36:57 | Akhir 09:05:43
2. Banda Aceh, Mulai 06:37:58 | Tengah 08:19:51 | Akhir 09:44:24
3. Tanjungkarang, Mulai 07:23:16 | Tengah 08:17:42 | Akhir 09:06:34
4. Banjarmasin, Mulai 08:04:23 | Tengah 08:31:59 | Akhir 08:58:01
5. Bengkulu, Mulai 07:06:50 | Tengah 08:16:09 | Akhir 09:16:47
6. Jakarta, Mulai 07:32:26 | Tengah 08:18:43 | Akhir 09:00:53
7. Jambu, Mulai 08:02:16 | Tengah 08:37:11 | Akhir 09:09:39
8. Manado, Mulai 08:30:02 | Tengah 08:45:15 | Akhir 09:00:01
9. Medan, Mulai 06:49:46 | Tengah 08:22:24 | Akhir 09:40:09
10. Padang, Mulai 06:56:44 | Tengah 08:17:49 | Akhir 09:27:19
11. Palembang, Mulai 07:17:10 | Tengah 08:21:06 | Akhir 09:17:26
12. Palu, Mulai 08:20:21 | Tengah 08:39:40 | Akhir 08:58:13
13. Pekanbaru, Mulai 07:00:57 | Tengah 08:21:58 | Akhir 09:31:15
14. Pontianak, Mulai 07:32:26 | Tengah 08:31:09 | Akhir 09:23:08
15. Samarinda, Mulai 08:05:09 | Tengah 08:38:09 | Akhir 09:08:57
16. Semarang, Mulai 07:57:21 | Tengah 08:22:11 | Akhir 08:45:47
17. Surakarta, Mulai 08:04:57 | Tengah 08:21:42 | Akhir 08:37:51
18. Yogyakarta, Mulai 08:02:44 | Tengah 08:20:39 | Akhir 08:37:55
19. Singapore, Mulai 07:10:04 | Tengah 08:26:24 | Akhir 09:32:05

Terkait dengan gerhana, Rasulullah memerintahkan ummatnya untuk berdo'a, bertakbir, shalat dan bershadaqoh.

*untuk waktu lokal, tinggal ditambah 7 jam untuk WIB dan 8 jam untuk WITA
Diposkan oleh Hisab Falak Pajagalan pada 10:36 PM
Label: Gerhana

CARA SHALAT GERHANA

Share/Bookmark

KETIKA CAHAYA HATI MULAI REDUP...

عَنْ عَلِيِّى بْنِ أَبِى طَالِبٍ رَضِيَى اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنَ الْقُلُوْبِ قَلَّبَ إِلاَّ وَلَهُ سَحَابَةٌ كَسَحَابَةِ الْقَمَرِ، بَيْنَمَا الْقَمَرُ مضئى إِذْ عَلَتْهُ سَحَابَةٌ فَأَظْلَمَ، إِذْ تَجَلَّتْ عَنْهُ فَأَضَاءَ (البخارى ومسلم


Rasulullah saw bersabda: “Tiada satu hati pun yang bergerak kecuali diselimuti kabut, seperti awan kabut menutupi purnama. Walaupun bulan bercahaya, tetapi karena ia tertutup awan, maka ia menjadi gelap, dan ketika awannya pergi menyingkir, purnamapun bersinar terang kembali.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ali bin Abi Thalib ra.)
________________________________________

Cahaya merupakan simbol dari pencerahan spiritual. Ilmu adalah cahaya. Iman adalah cahaya. Bekas-bekas basuhan air wudhu di wajah adalah cahaya.Alquran adalah cahaya. Setiap amal saleh yang kita lakukan hakikatnya adalah cahaya. Sejatinya, cahaya spiritual akan membimbing serta menerangi kehidupan manusia, tidak hanya di dunia saja tapi juga sampai ke akhirat kelak.

Di sana, cahaya terang akan memancar dari wajah setiap hamba-hamba beriman yang senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Cahaya inilah yang akan membedakannya dari orang-orang kafir nan ingkar.

Allah SWT berfirman, Pada hari ketika kamu melihat orang Mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak (QS Al Hadiid [57]: 12).

Hati manusia itu bagaikan cermin yang memantulkan cahaya. Jika cermin itu bersih dari debu dan kotoran yang menghalangi maka apa yang kita lihat akan tampak jernih apa adanya. Hitam putih akan terlihat jelas dan nampak perbedaannya. Demikian juga hati, kalau hati jernih, kita akan melihat realita itu apa adanya, sementara kalau hati kita kotor atau terhalang kabut hawa nafsu, kita akan melihat realita itu tidak seperti sebenarnya.

Oleh karena itu, mulia tidaknya seseorang tidak dilihat dari tampilan lahiriahnya tapi dari batiniah atau hatinya.

ِانَّ اللهَ لاَيَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ (اخرجه مسلم)

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta-hata kamu tapi melihat hati dan perbuatanmu.” (H.R. Muslim).

Al Qurtubi berkata, “Ini sebuah hadits agung yang mengandung pengertian tidak diperbolehkankannya bersikap terburu-buru dalam menilai baik atau buruknya seseorang hanya karena melihat gambaran lahiriah dari perbuatan taat atau perbuatan menyimpangnya. Ada kemungkinan di balik pekerjaan saleh yang lahiriah itu, ternyata di hatinya tersimpan sifat atau niat buruk yang menyebabkan perbuatannya
tidak sah dan dimurkai Allah swt. Sebaliknya, ada kemungkinan pula seseorang yang terlihat teledor dalam perbuatannya atau bahkan berbuat maksiat, ternyata di hatinya terdapat sifat terpuji yang karenanya Allah swt. memaafkannya.

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan lahir itu hanya merupakan tanda-tanda dhanniyyah (yang diperkirakan) bukan qath’iyyah (bukti-bukti yang pasti). Oleh karena itu tidak diperkenankan berlebih-lebihan dalam menyanjung seseorang yang kita saksikan tekun melaksanakan amal saleh, sebagaimana tidak diperbolehkan pula menistakan seorang muslim yang kita pergoki melakukan perbuatan buruk atau maksiat. Demikian Imam Qurtubi menjelaskan dalam tafsirnya.

Hadits di atas memberikan ilustrasi yang sangat indah. Hati manusia itu sesungguhnya bersih atau bersinar, namun seringkali tertutupi oleh kabut kemaksitan hingga sinarnya menjadi redup. Oleh sebab itu, kita harus berusaha menghilangkan kabut yang menutupi cahaya hati kita.

AGAR HATI BERSINAR KEMBALI

1. Dimulai dengan Shalat Shubuh

Shalat Subuh adalah sebentuk amal saleh yang sangat bernilai, otomatis ia pun termasuk cahaya. Cahaya seperti apa? Dalam sebuah hadis dari Buraidah Al Aslami, Rasulullah SAW mengungkapkan, Beritakanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di waktu gelap (di pagi hari), dengan cahaya yang sempurna di akhirat kelak. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sungguh mengagumkan hadis ini. Al Mubarakfuri memberi komentar, Bahwa tubuh mereka akan diselimuti, dengan cahaya dari berbagai arah, saat mereka mengalami kesulitan berjalan di atas titian shirath kelak. Simaklah kata-kata kunci di dalamnya, kegelapan yang diikuti cahaya yang sempurna.

Kegelapan yang diikuti cahaya terang, bukan cahaya remang-remang, namun cahaya yang kualitas terangnya begitu sempurna. Bagaimana terang benderangnya cahaya yang berada di tengah kegelapan? Semakin pekat kegelapan, semakin benderang pula cahaya yang melingkupinya. Pantas jika Rasulullah SAW mengungkapkan janji ini.

Bukankah waktu Subuh, waktu sepertiga malam terakhir, waktu menjalang terbitnya fajar, adalah waktu yang paling gelap dari keseluruhan malam? Saat itu adalah saat terjadinya pertukaran antara malam dan siang. Bulan dan bintang sudah memasuki peraduannya sedangkan matahari belum muncul ke permukaan. Saat itu adalah saat-saat di mana cahaya yang menerangi bumi mencapai intensitasnya yang terendah, hingga Bumi mencapai kegelapan yang sempurna.

Dengan kasih sayang-Nya, Allah SWT memerintahkan kita untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah. Dalam kegelapan yang sempurna, Rasulullah SAW mengajak kita berjalan ke masjid memenuhi panggilan Ilahi yang terungkap lewat kumandang adzan. Ketika momen itu berlangsung, dalam setiap langkah kaki, Allah SWT akan menggugurkan satu dosa serta mengangkat kita satu derajat (HR Bukhari Muslim). Ketika itu pula, Allah SWT menaburkan cahaya-cahaya terang yang akan menerangi jiwa orang-orang yang memenuhi panggilannya.

Tahukah Anda bahwa peristiwa itu terjadi setiap hari, di pagi hari.Karena itu, Rasulullah SAW mengajari kita sebuah doa, saat kita berjalan ke masjid di waktu malam dan pagi hari,

19- اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لِسَانِيْ نُوْرًا، وَفِيْ سَمْعِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَصَرِيْ نُوْرًا، وَمِنْ فَوْقِيْ نُوْرًا، وَمِنْ تَحْتِيْ نُوْرًا، وَعَنْ يَمِيْنِيْ نُوْرًا، وَعَنْ شَمَالِيْ نُوْرًا، وَمِنْ أَمَامِيْ نُوْرًا، وَمِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ نَفْسِيْ نُوْرًا، وَأَعْظِمْ لِيْ نُوْرًا، وَعَظِّمْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْنِيْ نُوْرًا، اَللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ عَصَبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لَحْمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ دَمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ شَعْرِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَشَرِيْ نُوْرًا. [اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ نُوْرًا فِيْ قَبْرِيْ … ونُوْرًا فِيْ عِظَامِيْ ] [وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا] [وَهَبْ لِيْ نُوْرًا عَلَى نُوْرٍ].

19. “Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku. Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku” [28] [Ya Allah, ciptakanlah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”] [29], [“Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”] [30], [“dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”] [31]
---------------------------------
[28] Hal ini semuanya disebutkan dalam Al-Bukhari 11/116 no.6316, dan Muslim 1/526, 529, 530, no. 763.
[29] HR. At-Tirmidzi no.3419, 5/483.
[30] HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 695, hal.258. Al-Albani menyatakan isnadnya shahih, dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad, no. 536.
[31] Disebutkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, dengan menisbatkannya kepada Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab Ad-Du’a. Lihat Fathul Bari 11/118. Katanya: “Dari berbagai macam riwayat, maka terkumpullah sebanyak dua puluh lima pekerti”.

Sepertiga malam terakhir hingga terbitnya fajar, adalah momen-momen yang sangat dahsyat. Seiring hadirnya cahaya-cahaya penerang jiwa, Allah SWT pun menaburkan aneka keberkahan di dalamnya. Betapa tidak, saat itulah para malaikat (yang juga makhluk cahaya) memberi laporan harian kepada Tuhannya, perihal amal-amal yang dilakukan manusia.

Malaikat siang dan malaikat malam datang dan pergi kepada kalian pada waktu malam. Mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan shalat Ashar.

Kemudian malaikat yang hadir bersama kalian naik ke langit, dan Allah Azza wa Jalla bertanya kepada mereka (walau Allah Maha Mengetahui segalanya),
'Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?'. Mereka menjawab, 'Kami
tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami pun mendatangi mereka ketika dalam keadaan shalat'. (HR Bukhari Muslim).

Siapa pun yang mampu meraih keberkahan ini, maka di akhirat kelak kado istimewa sudah siap menunggunya. Apakah itu? Perjumpaan dengan Allah, Dzat Yang Mahatinggi. Masuk surga itu adalah nikmat yang teramat besar. Namun, kenikmatan surga tiada artinya jika dibandingkan dengan menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan. Rasul sendiri yang menjanjikan hal ini.

Dari Jair bin Abdillah, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Ketika kami tengah berada di sisi Nabi SAW, beliau memandang ke arah bulan purnama, lalu bersabda, 'Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini untuk melihat-Nya. Jika kalian sanggup untuk tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya, maka lakukanlah'. Kemudian beliau membaca ayat ini: dan bertasbihlah memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya (QS Thaahaa [20]: 30). (HR Bukhari).

Alasan dikhususkannya shalat Subuh dan Ashar, boleh jadi karena pada kedua waktu itu seseorang nyaman beristirahat. Waktu Subuh meneruskan istirahat malam, sedangkan Ashar adalah waktu beristirahat seusai melakukan berbagai kesibukan pekerjaan. Selain itu, siapa pun yang istikamah menjaga kedua shalat ini, biasanya mampu pula menjaga shalat fardu pada waktu-waktu lainnya.

2. Introspeksi diri

Introspeksi diri dalam bahasa arab disebut Muhasabatun Nafsi, artinya mengidentifikasi apa saja penyakit hati kita. Semua orang akan tahu apa sebenarnya penyakit qalbu (hati) yang dideritanya itu.


يـَاأَيُّـهَـا الَّذِيْـنَ ءَامَـنُـوْا اتَّـقُـوْا اللهَ وَلْتَـنْـظُـرْ نَـفْـسٌ مَّاقَـدَّمَتْ لِغَـدٍ وَاتَّــقُـوْا اللهَ. إِنَّ اللهَ خَـبِـيْرٌ بِـمَا تَـعْـمَلُـوْنَ {الحشر


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.Al-Hasyr 59 : 18)

3. Perbaikan Diri

Perbaikan diri dalam bahasa populer disebut taubat. Ini merupakan tindak lanjut dari introspeksi diri. Ketika melakukan introspeksi diri, kita akan menemukan kekurangan atau kelemahan diri kita. Nah, kekurangan-kekurangan tersebut harus kita perbaiki secara bertahap.Alangkah rugi kalau kita hanya pandai mengidentifikasi kelemahan diri tapi tidak memperbaikinya.

يَـآأَيُّـهَـا الَّذِيْـنَ ءَامَـنُـوْا تُـوْبُـوْا إِلَى اللهِ تَـوْبَـةً نَّـصُـوْحًـا عَسَى رَبُّـكُمْ أَنْ يُّـكَـفِّـرْ عَـنْـكُمْ سَـيِّـئَـاتِـكُـمْ وَيُـدْخِـلَـكُمْ جَـنّـتٍ تَـجْـرِى مِنْ تَـحْـتِهَـا اْلأَنْـهَارِ ….{التحريم }

"Hai orang-orang yang beriman, Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkah kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,..” (Q.S.At-Tahrim 66:8)

4. Tadabbur Al Qur’an

Tadabbur Al Qur’an artinya menelaah isi Al-Qur’an, lalu menghayati dan mengamalkannya. Hati itu bagaikan tanaman yang harus dirawat dan dipupuk. Nah, di antara pupuk hati adalah tadabbur Qur’an. Allah menyebutkan orang-orang yang tidak mau mentadabburi Qur’an sebagai orang yang tertutup hatinya. Artinya, kalau hati kita ingin terbuka dan bersinar, maka tadabburi Qur’an.

أَفَلاَ يَـتَـدَبَّـرُْنَ الْـقُـْرآنَ اَمْ عَلَى قُلـُوبٍ أَقْـفَـالُهَـا {محمد }

“Mengapa mereka tidak tadabbur (memperhatikan) Al-Qur’an, ataukah hati mereka terkunci atau tertutup.” (Q.S.Muhammad 47 : 24)

5. Menjaga Kelangsungan Amal Saleh

Amal saleh adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan diridoi Allah swt. Apabila kita ingin memiliki hati yang bening, jagalah keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut. Misalnya, kalau kita suka rawatib, lakukan terus sesibuk apapun, kalau kita biasa pergi ke majelis ta’lim, kerjakan terus walau pekerjaan kita menumpuk.

Rasulullah saw bersabda,

… اِعْـمَــلُوْا عَلَى مَاتُــطِـْيقُـوْنَ فَإِنَّ اللهَ لاَيـَـمَلُّ حَتَّى تَـمَـلَّ وَاَنَّ اَحَـبَّ اْلاَعْـمَـالِ اِلىَ اللهِ اَدْوَمُـهَا وَاِنْ قَـلَّ {رواه
البخارى}

"…Beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit." (H.R.Bukhari)

6. Mengisi Waktu dengan Zikir

Zikir artinya ingat atau mengingat. Dzikrullah artinya selalu mengingat Allah. Ditinjau dari segi bentuknya, ada dua macam zikir. Pertama,zikir Lisan, artinya ingat kepada Allah dengan melafadzkan
ucapan-ucapan zikir seperti Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar,Laa Ilaaha illallah, dll. Kedua, Zikir Amali, artinya zikir (ingat) kepada Allah dalam bentuk penerapan ajaran-ajaran Allah swt. dalam
kehidupan. Misalnya, jujur dalam bisnis, tekun saat bekerja, dll. Hati akan bening kalau hidup selalu diisi dengan zikir lisan dan amali.

يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اذْكُرُوْا اللهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا .وَسَبِّحُوْاهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً {الاحزاب –

“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S.Al-Ahzab 33 : 41-42)

فَاذْكُرُوْنِى أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْالِى وَلاَتَكْفُرُوْنَ {البقرة }

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah 2 :152)

7. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh

Lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang. Karena itu, kebeningan hati erat juga kaitannya dengan siapakah yang menjadi sahabat-sahabat kita. Kalau kita bersahabat dengan orang yang jujur, amanah, taat pada perintah Allah, tekun bekerja, semangat dalam belajar, dll., diharapkan kita akan terkondisikan dalam atmosfir (suasana) kebaikan. Sebaliknya, kalau kita bergaul dengan orang pendendam, pembohong, pengkhianat, lalai akan ajaran-ajaran Allah, dll., dikhawatirkan kita pun akan
terseret arus kemaksiatan tersebut. Kerena itu, Allah swt..mengingatkan agar kita bergaul dengan orang-orang saleh sepertidikemukakan dalam ayat berikut.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَوَاةِ وَالْعَشِيِّى يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ. وَلاَتَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيَوةِ الدُّنْيَا وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا {الكهف : }

“Dan bersabarlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan petang, mereka mengharapkan keridoan-Nya, dan janganlah kamu palingkan kedua matamu dari mereka karena menghendaki perhiasan hidup dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya; dan adalah keadaan itu melewati batas.” (Q.S. Al-Kahfi 18 : 28)

8. Berbagi Kasih dengan Fakir, Miskin, dan Yatim

Berbagi cinta dan ceria dengan saudara-saudara kita yang fakir, miskin, dan yatim merupakan cara yang sangat efektif untuk meraih kebeningan hati, sebab dengan bergaul bersama mereka kita akan merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَى اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَجُلاُ شَكَا إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ
فَقَالَ لَهُ: إِنْ أَرَدْتَ تَلْيِيْنَ قَلْبِكَ فَأَطْعِمِ الْمِسْكِيْنَ وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ (رواه احمد)

“Abu Hurairah r.a. bercerita, bahwa seseorang melaporkan kepada Rasulullah saw. tentang kegersangan hati yang dialaminya. Beliau saw.menegaskan, “Bila engkau mau melunakkan (menghidupkan) hatimu, beri makanlah orang-orang miskin dan sayangi anak-anak yatim.” (H.R. Ahmad).

9. Mengingat Mati sehingga mempersiapkan bekal

Modal utama manusia adalah umur. Umur merupakan bahan bakar untuk mengarungi kehidupan. Kebeningan hati berkaitan erat dengan kesadaran bahwa suatu saat bahan bakar kehidupan kita akan manipis dan akhirnya habis. Kesadaran ini akan menjadi pemacu untuk selalu membersihkan hati
dari awan kemaksiatan yang menghalangi cahaya hati. Rasulullah saw. menganjurkan agar sering berziarah supaya hati kita lembut dan bening.

عَنْ اَنَسٍ رَضِيَى اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا، فَإِنَّهَا تَرِقُّ الْقَلْبَ وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ وَتُذَكِّرُ اْلأخِرَةَ (رواه الحاكم)

“Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Dulu, aku pernah melarang kalian berziarah ke kuburan. Namun sekarang, berziarahlah, karena ia dapat melembutkan hati, mencucurkan air mata, dan mengingatkan akan hari akhirat.” (H.R.Hakim)

10. Menghadiri Majelis Ilmu

Hati itu bagaikan tanaman, ia harus dirawat dan dipupuk. Di antara pupuk hati adalah ilmu. Karena itu, menghadiri majelis ilmu akan menjadi media pensucian hati. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa Allah
swt. akan menurunkan rahmat, ketenangan dan barakah pada orang-orang yang mau menghadiri majelis ilmu dengan ikhlas.

لاَيَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ اِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةِ وَغَشِيَتْهُمً الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ {رواه مسلم }

“Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah, kecuali malakikat akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat dan diturunkan ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebutnya pada kumpulan (malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (H.R. Muslim)

11. Berdo’a kepada Allah swt.

Allah swt. Maha Berkuasa untuk membolak balikan hati seseorang. Karena itu sangat logis kalau kita diperintahkan untuk meminta kepada-Nya dijauhkan dari hati yang busuk dan diberi hati yang hidup dan bening.Menurut Ummu salamah r.a,. do’a yang sering dibaca Rasulullah saat meminta kebeningan hati adalah: Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku berpegang pada agama-Mu). Perhatikan riwayat berikut,.

عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ قَالَ : قُلْتُ لأُمِّ سَلَمَةَ، يَاأُمَّ الْمُؤْمِنيْنَ مَاكَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِيْنِكَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَارَسُوْلَ اللهِ، مَاأَكْثَرُ دُعَائِكَ يَامُقَلِّبَ
الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِيْنِكَ؟ قَالَ: يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللهِ. فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ (اخرجه احمد)

“Syahr bin Hausyab r.a. mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah, “Wahai ibu orang-orang yang beriman, do’a apa yang selalu diucapkan Rasulullah saw. saat berada di sampingmu?” Ia menjawab: “Do’a yang banyak diucapkannya ialah, ‘Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah qalbuku pada agama-Mu).” ” Ummu Salamah melanjutkan, “Aku pernah bertanya juga, “Wahai Rasulullah, alangkah seringnya engkau membaca do’a: “Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika.” Beliau menjawab:“Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang manusia pun kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha Rahman. Maka siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan.” (H.R.Ahmad dan Tirmidzi. Menurutnya hadits ini hasan)

Hati merupakan panglima untuk seluruh anggota jasad kita. Kalau hati bening, kelakuan kita pun akan beres. Tapi kalau hati kita busuk, seluruh amaliah pun busuk. Mudah-mudahan Allah swt. selalu memberikepada kita hati yang bersinar terang. Amiin .

اللهم نوّر قلوبنا بنور هدايتك كما نورت الأرض بنور شمسك وقمرك أبداً برحمتك ياأرحم الراحمين.
* اللهم أعنا علي ذكرك و شكرك و حسن عبادتك.

Ya Allah berikanlah cahaya kepada hati kami dengan cahaya hidayah-Mu, seperti Engkau menyinari bumi dengan cahaya mentari dan rembulan-Mu selamanya dengan limpahan kasih sayang-Mu…

http://subhan-nurdin.blogspot.com

Share/Bookmark

Jumat, 08 Januari 2010

Menjelang detik terakhir…

PERNAHKAH kita bayangkan diri kita berada di atas ranjang kematian, apakah yang dapat kita lakukan waktu itu ? Suatu pertanyaan yang mesti dijawab oleh semua manusia yang masih hidup. Bagaimanakah keadaan detik-detik terakhir dari nafas kita yang akan berlalu itu? Apakah kita termasuk orang yang suka untuk bertemu Allah (SWT), ataukah sebaliknya seperti hamba yang melarikan diri dan takut bertemu tuannya karena kesalahan yang dilakukannya?

Belajar dari akhir kehidupan para salaf adalah amat penting bagi kita, karena mereka adalah orang-orang terkemuka dari umat ini, para pemimpin dan ulama kaum muslimin. Sungguh mereka sangat takut kalau kembali kepada Allah SWT dalam keadaan membawa dosa dan kemaksiatan. Marilah kita ambil beberapa pengajaran berharga dari mereka :

Aisyah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. tatkala menjelang wafat disediakan untuk beliau satu wadah air, beliau memasukkan tangannya ke dalam air lalu mengusapkan ke wajahnya seraya bersabda, “La ilaha illallah, sesungguhnya di dalam kematian ada sakaratul maut.” Kemudian beliau menengadahkan kedua tangannya lalu mengatakan, “Fir Rafiqil A’la” lalu beliau wafat dan tangannya tergeletak lemas.

Ketika Umar al Faruq menjelang ajal, beliau berkata kepada puteranya Abdullah, “Letakkan pipiku di atas tanah“, namun Abdullah enggan untuk melakukan demikian. Beliau berkata sehingga tiga kali, “Letakkan pipiku di atas tanah, semoga Allah SWT melihatku dalam keadaan demikian, kemudian Dia merahmatiku. ” Diriwayatkan, bahwa beliau terus menangis sehingga pasir-pasir menempel di kedua mata beliau seraya mengatakan, “Celakalah Umar, celaka juga ibunya, jika Allah SWT tidak memaafkannya.”

Ketika Abu Hurairah sakit yang membawa kematiannya, beliau menangis, lalu ditanya, “Apa yang membuat anda menangis?”. Beliau menjawab, “Aku menangis bukan karena dunia ini, tetapi aku menangisi perjalanan selepas ini (di akhirat), bekalku yang sedikit, padahal aku akan berada di suatu tempat yang menanjak lagi amat panjang, sedangkan aku tidak tahu akan dimasukkan ke neraka atau ke surga.”

Usman r.a. berkata di akhir hayatnya, “Tidak ada ilah selain Engkau, Maha Suci Engkau ya Allah, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang berbuat aniaya. Ya Allah aku mohon pertolongan dalam semua urusanku, dan aku memohon kesabaran dalam menghadapi ujian yang menimpaku.” Wahai manusia! Kini saatnya orang-orang yang tertidur untuk bangun dari tidurnya, sudah sampai masanya orang yang lalai sadar dari kelalaiannya, sebelum datang maut dengan membawa kepayahan dan kepahitan, sebelum tubuh berhenti bergerak dan sebelum nafas terputus. Sementara belum memasuki perjalanan menuju alam kubur dan kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Abu Darda’ ketika menjelang wafat berkata, “Apakah seseorang tidak mau beramal untuk mempersiapkan pentas perjuangan ini? Mengapa orang tidak beramal untuk menghadapi waktu ini? Mengapa orang tidak beramal untuk menyongsong hariku ini? Kemudian beliau menangis, maka isteri beliau bertanya,”Mengapa engkau menangis, bukankah engkau telah menemani Rasulullah s.a.w.?" Beliau menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis sedangkan aku tidak mengetahui bagaimana dosa-dosa telah menyerangku.” Dan berkata Abu Sulaiman ad-Darani, “Aku berkata kepada Ummu Harun seorang wanita yang rajin beribadah, “Apakah anda senang dengan kematian? Maka dia menjawab, “Tidak!" Aku bertanya, “Mengapa?" Maka dia mejawab, “Demi Allah, andaikan aku berbuat kesalahan kepada makhluk saja, maka aku takut untuk bertemu dengannya, apatah lagi jika aku berbuat maksiat kepada Khaliq Yang Maha Agung?”

Atha’ as Sulami ditanya tatkala sakit yang menyebabkan kematiannya, “Bagaimanakah keadaan anda? Beliau menjawab, “Kematian berada di leherku, kuburan ada di hadapanku, kiamat adalah akhir perjalananku, jambatan Jahannam adalah jalanku, dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku“. Kemudian beliau menangis dan terus menangis sehingga pingsan. Ketika sadar kembali beliau mengucapkan, “Ya Allah, kasihanilah aku, hilangkanlah kesedihan di dalam kuburku, mudahkan kesulitanku ketika menjelang kematian, rahmatilah kedudukanku di hadapan-Mu wahai Zat Yang Paling Pengasih di antara para pengasih.”

Sementara itu ketika Sulaiman at Taimi telah dekat dengan kematiannya, dikatakan kepada beliau, “Kabar gembira buat anda, karena anda adalah orang yang sangat bersungguh-sungguh di dalam ketaatan kepada Allah.” Maka beliau menjawab, “Janganlah kalian mengatakan demikian, sesungguhnya aku tidak mengetahui apa yang zahir di hadapan Allah Azza wa Jalla, karena Dia telah berfirman, “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah SWT yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS. 39:47)

Disebutkan bahwa Abu Darda’ apabila ada seseorang yang meninggal dalam keadaan yang baik, maka beliau berkata, “Berbahagialah engkau, andaikan aku dapat menggantikan dirimu“. Maka Ummu Darda’ bertanya kepadanya tentang hal itu, lalu beliau menjawab, “…. bukankah engkau tahu, bahwa ada seseorang yang pagi harinya dia beriman, namun di petang hari telah menjadi munafik, ia lepaskan keimanannya tanpa dia menyadarinya “

Muhammad al Munkadir menangis tatkala menjelang wafatnya, lalu ia ditanya, “Apa yang membuat anda menangis? Beliau menjawab, “Demi Allah SWT aku menangis bukan karena dosa yang aku ketahui telah aku lakukan, namun aku takut jika telah melakukan sesuatu yang aku anggap remeh namun di hadapan Allah SWT ternyata itu adalah sesuatu yang amat besar.”

Sufyan ats Tsauri berkata, “Tidak ada tempat yang lebih dahsyat bagiku daripada (tempat) terjadinya sakaratul maut, aku sangat takut kalau dia (sakarat) terus menerus menekanku, aku telah meminta keringanan, namun dia tidak menghiraukan, sehingga aku terkena fitnahnya.” Kemudian beliau menangis semalaman hingga menjelang pagi, ketika beliau ditanya, “Apakah tangisan tersebut karena dosa? Maka beliau mengambil segenggam tanah dan berkata, “Dosa lebih ringan dari pada ini (tanah, maksudnya adalah maut), aku menangis karena takut terhadap su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk).”

Shofwan bin Sulaim berkata , “Di dalam kematian ada rahah (istirahat) bagi seorang mukmin dari huru hara dan hiruk pikuk dunia, walaupun mesti merasakan putusnya nafas dan kepedihan.” Kemudian beliau mengalirkan air mata. Wahai saudaraku! Marilah kita anggap diri kita masing masing sebagai seorang yang sedang berbaring menunggu ajal. Saudara dan tetangga sedang mengerumuni kita, lalu di antara mereka ada yang berkata, “Si Fulan telah berwasiat, sedangkan hartanya telah dihitung.” Ada lagi yang berkata, “Si fulan sudah tidak dapat berbicara, sudah tidak mengenali para tetangganya dan mulutnya tertutup rapat. Mereka melihat kita, kita mendengar apa yang mereka bicarakan, namun tidak kuasa untuk menjawabnya. Lalu kita lihat anak kita yang masih kecil menangis terisak-isak di sisi kita seraya berkata , “Wahai ayah tercinta siapakah yang akan mengasuhku nanti setelah ayah pergi? Siapakah yang akan memenuhi keperluanku nanti? Kita mendengar semua itu, namun demi Allah, kita sudah tidak mampu manjawab lagi.

Syafiq bin Ibrahim berkata, “Bersiap-siaplah anda semua di dalam menghadapi kematian, jangan sampai ketika ia datang lalu anda minta dikembalikan lagi ke dunia (karena belum beramal).”

Al ‘Alla’ bin Ziyad mengatakan juga, “Hendaknya setiap orang dari kalian merasakan, bahwa dirinya telah meninggal, lalu memohon kepada Allah SWT untuk dikembalikan ke dunia, kemudian Allah SWT memenuhinya, maka hendaklah kalian beramal ketaatan kepada Allah SWT.“

Syamith bin ‘Ajlan berkata , “Manusia itu ada dua golongan, pertama orang yang terus mencari bekal di dunia, dan kedua orang yang terus bersenang-senang di dunia. Maka perhatikanlah, dari golongan manakah dirimu?”

Diceritakan bahwa suatu hari al Hasan al Bashri melewati sekelompok pemuda yang sedang tertawa terbahak-bahak, maka beliau bertanya, “Wahai anak saudaraku, apakah kalian pernah menyeberangi ash Shirath (jambatan Jahannam)? Para pemuda itu menjawab, “Belum.” Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian tahu ke surga ataukah ke neraka kalian akan dimasukkan?” Mereka menjawab, “Tidak.” Kemudian beliau berkata, “Lalu mengapa engkau tertawa demikian ? Semoga Allah SWT memberi maaf kepada kalian semua.” Dan ketika beliau menjelang wafat beliau menangis seraya mengatakan, “Jiwa yang lemah, sedang urusan sangat dahsyat dan besar, sesungguhnya kita adalah milik Allah SWT dan sesungguhnya kepada-Nya kita akan kembali.”

Wahai saudaraku! Kita semua tidak dapat membayangkan bagaimanakah keadaan malam pertama di alam kubur itu.

Anas r.a. pernah berkata, “Maukah kalian aku beritahu tentang dua hari dan dua malam yang belum pernah diketahui dan didengar oleh manusia (yang masih hidup)? Hari yang pertama adalah hari di mana datang kepadamu pembawa berita dari Allah SWT, baik dengan membawa keridhaan-Nya ataupun murka-Nya (waktu meninggal-pent), dan kedua yaitu hari dimana kalian dihadapkan kepada Allah SWT untuk mengambil buku catatan amal, dengan tangan kiri atau dengan tangan kanan. Sedangkan dua malam, adalah malam pertama kali di dalam kubur dan malam di mana pagi harinya dilenyapkan tatkala terjadinya Hari Kiamat.”

Kematian adalah perkara yang mengerikan, urusan yang sangat dahsyat, suguhan yang rasanya paling pahit dan tidak disukai. Dia adalah peristiwa yang menghancurkan seluruh kelezatan dunia, memutuskan ketenangan, serta pembawa duka dan kesedihan. Dia memutuskan segala yang telah tersambung, memisahkan anggota badan dan menghancurkan seluruh tubuh, sungguh dia adalah perkara yang sangat dahsyat dan mengerikan. Kita bayangkan bagaimana keadaan kita tatkala kita diangkat dari tempat tidur kita, dibawa ke suatu tempat untuk dimandikan, lalu kita dibungkus dengan kain kafan, keluarga dan tetangga bersedih, saudara dan teman menangis. Orang yang memandikan kita berkata, “Dimanakah isteri si fulan, dia akan melepaskan suaminya pergi, dan dimanakah anak-anak yatim si fulan, Kalian semua akan ditinggalkan oleh ayah, kalian tidak akan bertemu lagi dengannya setelah ini.”

Jika para Nabi dan Rasul, shalihin dan muttaqin semuanya mengalami hal itu, maka apakah kita akan terlena dari mengingatnya? Wallahu a’lam bish shawab.

Disarikan dari artikel Buletin Dar Ibnu Khuzaimah, judul ” ‘Ala Firasyil Maut.”

http://subhan-nurdin.blogspot.com

ALJAZEERA TV

 
Coolstreaming Channel 47362

Islam America

KAKAWIHAN

ISLAMIC VIEW

ISLAMIC WALLPAPERS

AKSES LINK OK

Bookmark and Share
Bookmark and Share